Kamis, 12 Oktober 2017

Galau karena RINDU

Ini bukan hanya soal cerita cinta usia 20an, tapi soal komitmen. Sekian banyak cerita yang harus kandas meski telah menjalani hubungan yang bertahun-tahun. Banyak hal yang memicu perpisahan saat hubungan dirasa sudah cukup untuk saling menerima bahkan sudah mampu menjalani pernikahan. Banyak hal, diantaranya hadirnya orang ketiga, polemik ini paling sering dirasakan saat hubungan sudah memasuki tahap ‘rasa bosan’, bagaimana tidak bertahun-tahun dengan orang itu-itu saja, obrolan itu-itu saja, tidak ada kemajuan sama sekali, lantas saat salah satu atau keduanya menemukan seseorang yang lebih menarik dari kekasihnya, maka wajar kesetiaan tak lagi jadi alasan utama untuk bertahan, bermain-main dengan kejujuran lalu berakhir kandas dengan masalah. Tak sedikit yang ceritanya begini dan kebanyakan kisah ini terjadi saat pasangan itu menjalani kisah LDR yang dukanya lebih banyak daripada sukanya.

Selanjutnya karena perbedaan visi dan misi, tak sedikit pula cerita cinta yang telah terjalin begitu lama berakhir hanya dengan alasan basi semacam ini. Tapi tidak ada yang perlu disalahkan ketika salah satu atau kedua orang tersebut memilih perpisahan daripada terus memaksakan hubungan yang sudah tak lagi bisa menyamakan pikiran. Orang-orang yang berakhir kisah cintanya dengan alasan ini mengaku berpikiran logis dengan mengatasnamakan masa depan. Berpikir panjang dan matang soal kehidupan dalam rumah tangga suatu saat nanti. Kebanyakan dari mereka tidak pernah berpikir soal ikatan yang awalnya mereka bentuk adalah untuk saling menyamakan visi dan misi, lalu membuat alasan disaat semua terasa baik-baik saja lantas tiba-tiba berakhir hanya karena alasan tidak masuk akal bernama ‘visi dan misi’ itu.

Toh diumur segitu (memasuki 20an) wanita dan pria akan lebih memilih sendiri hingga ada yang pantas dinikahi, atau menjalani hubungan serius, tidak pernah main-main, dan berkomitmen akan tetap bersama hingga pernikahan. Tapi kebanyakan dari pria akan merasa umur segitu belumlah wajar untuk memikirkan soal pernikahan dan rumah tangga, apalagi pria-pria diawal umur 20an, mereka mengaku serius menjalani hubungan tapi selalu menampik ajakan kekasihnya untuk menikah dan serius. Bahkan tidak sedikit yang memiliki ‘cadangan’ untuk bersenang-senang, misalnya ketika hubungannya dengan kekasihnya sedang tidak harmonis, dia akan punya pelarian yang cukup untuk melindungi harga dirinya. Seolah-olah memiliki banyak kekasih adalah ukuran kehebatan pria-pria usia 20an. Tidak semuanya memang, tapi kebanyakan begitu.

Lantas saat memutuskan berpisah bukan hanya soal hubungan yang telah lama itu yang disayangkan, belum lagi jika salah satunya masih belum bisa menerima perpisahan dan lantas terluka lebih dalam karena ditinggalkan, move on adalah hal tersulit untuk dilakukan ketika hubungan sudah terlalu lama dijalani, makanya akan lebih baik jika keduanya sudah sama-sama siap untuk berpisah setidaknya tidak akan ada yang merasa tersakiti. Belum lagi masalah hubungan keluarga yang sudah terjalin baik sekian lama akan ikut berakhir ketika pasangan tersebut mengakhiri hubungan mereka, tak sedikit yang begini, meski awalnya berkata akan tetap menjalin silaturahim yang baik tetapi kebanyakan akan selalu canggung menjalin hubungan dengan keluarga dari seseorang yang bukan lagi siapa-siapa.

Selalu menyenangkan memang jatuh cinta di usia-usia 20an, karena segala hal jadi lebih dapat dihadapi dengan dewasa. Semuanya dirancang sedemikian hingga untuk memiliki masa depan yang cerah bersama-sama. Oleh karena itu tak menampik kemungkinan pula luka dan sakit yang disebabkan oleh patah hati dan putus cinta diusia ini dapat menyebabkan depresi yang lama dan keterpurukan yang dalam untuk salah satu pihak ataupun kedua belah pihak.

Anyway just Love who You Choice, Love your Life, and Live with your Love forever. Don't even think about to cheat him/her in everysingle time. Or you will regrets it later when he/she leave you alone. 

1 komentar: