Aku tak sebaik
itu. Tak sebaik yang orang-orang lihat. Agama ku belum tentu baik hanya karena
berkerudung, jika pun dibandingkan dengan mereka yang bahkan belum berkerudung,
bisa saja mereka jauh lebih baik akhlaknya dibanding aku. Aku sadar selama
hidup 22 tahun sudah sebanyak yang setinggi apa dosa dan AIB ku yang ditutup
rapat oleh Allah. Meski mencoba munafik dengan bilang I didn’t have anything wrong in my life, aku juga termasuk manusia
yang kadar imannya bisa bagus atau buruk.
Sejak awal, jauh
sebelum sekarang, ingat? Aku pernah hampir menceritakannya. Tapi saat itu kamu
bilang kamu tak siap, lalu aku mencoba bertahan dengan tak bilang apa-apa, tapi
kau kah kamu? Aku juga ingin beban yang aku tanggung “dengan pura-pura nampak seperti
orang baik-baik” berkurang. Setidaknya aku tak ingin di nilai baik hanya dari
apa yang terlihat. Meski luka itu seperti sudah mulai sembuh bahkan aku pun
mencoba mengobatinya agar tak lagi terasa sakit, malam ini dengan pertimbangan
yang aku kira cukup untuk kamu mengerti, aku membuka balutan luka itu lagi,
menunjukannya pada mu, mencoba membuat luka itu tampak seperti bentuk awalnya
dengan melukai diri sendiri, dan tanpa aku sadari aku juga melukai mu di waktu
yang bersamaan. Maaf.
Aku tau tanggung
jawab macam apa yang harus aku pegang hanya dengan bilang “Aku Sayang Kamu”. Kalimat
itu tak akan ada gunanya jika yang ada aku hanya menyakiti dan membuatmu
kecewa. Aku tau kita pun sama-sama tau, kita tak terikat hubungan yang
semestinya, tapi tanggung jawab kata Sayang itu masih tetap sama maknanya. Terlebih
jika aku yang memulai. Sadar atau tidak, hampir 80% kecewa dan luka selama “kita”
ada, berasal dari tutur dan tingkahku. Maaf untuk membuat mu terluka lagi. Maaf
untuk membuat mu kecewa. Maaf karena tidak cukup dewasa dan berani. Maaf karena
memulai semuanya sejak awal. Entah sudah berapa kali dimaafkan, sudah berapa
kali mengucap kata yang sama, sudah berapa kali mengaku sayang tapi tetap
melukai, sudah berapa kali? Banyak. Bahkan saking banyaknya aku tak berani lagi
untuk bilang “Aku sayang kamu”, karena ku rasa aku tak seber-tanggungjawab itu
untuk memikul makna berat dari kalimat itu, terutama untuk tidak mengecewakan mu
lagi.
Entah nanti
siapa yang akan jadi wanita istimewa yang untuknya kau jadikan Hafalan Surat mu
sebagai mahar, yang juga kelak akan kamu nyayi kan “You Are the One - Raef”,
yang dengannya dosa-dosa mu digugurkan, yang dengannya rumah impian mu tidak
hanya terwujud di dunia tapi juga di Jannah. Semoga dia bukan orang yang akan
membuatmu kecewa, ku harap dia bukan orang yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar