Sabtu, 19 Maret 2016

Semoga saja Tidak Salah



Aku tak sebaik itu. Tak sebaik yang orang-orang lihat. Agama ku belum tentu baik hanya karena berkerudung, jika pun dibandingkan dengan mereka yang bahkan belum berkerudung, bisa saja mereka jauh lebih baik akhlaknya dibanding aku. Aku sadar selama hidup 22 tahun sudah sebanyak yang setinggi apa dosa dan AIB ku yang ditutup rapat oleh Allah. Meski mencoba munafik dengan bilang I didn’t have anything wrong in my life, aku juga termasuk manusia yang kadar imannya bisa bagus atau buruk. 

Sejak awal, jauh sebelum sekarang, ingat? Aku pernah hampir menceritakannya. Tapi saat itu kamu bilang kamu tak siap, lalu aku mencoba bertahan dengan tak bilang apa-apa, tapi kau kah kamu? Aku juga ingin beban yang aku tanggung “dengan pura-pura nampak seperti orang baik-baik” berkurang. Setidaknya aku tak ingin di nilai baik hanya dari apa yang terlihat. Meski luka itu seperti sudah mulai sembuh bahkan aku pun mencoba mengobatinya agar tak lagi terasa sakit, malam ini dengan pertimbangan yang aku kira cukup untuk kamu mengerti, aku membuka balutan luka itu lagi, menunjukannya pada mu, mencoba membuat luka itu tampak seperti bentuk awalnya dengan melukai diri sendiri, dan tanpa aku sadari aku juga melukai mu di waktu yang bersamaan. Maaf. 

Aku tau tanggung jawab macam apa yang harus aku pegang hanya dengan bilang “Aku Sayang Kamu”. Kalimat itu tak akan ada gunanya jika yang ada aku hanya menyakiti dan membuatmu kecewa. Aku tau kita pun sama-sama tau, kita tak terikat hubungan yang semestinya, tapi tanggung jawab kata Sayang itu masih tetap sama maknanya. Terlebih jika aku yang memulai. Sadar atau tidak, hampir 80% kecewa dan luka selama “kita” ada, berasal dari tutur dan tingkahku. Maaf untuk membuat mu terluka lagi. Maaf untuk membuat mu kecewa. Maaf karena tidak cukup dewasa dan berani. Maaf karena memulai semuanya sejak awal. Entah sudah berapa kali dimaafkan, sudah berapa kali mengucap kata yang sama, sudah berapa kali mengaku sayang tapi tetap melukai, sudah berapa kali? Banyak. Bahkan saking banyaknya aku tak berani lagi untuk bilang “Aku sayang kamu”, karena ku rasa aku tak seber-tanggungjawab itu untuk memikul makna berat dari kalimat itu, terutama untuk tidak mengecewakan mu lagi. 

Entah nanti siapa yang akan jadi wanita istimewa yang untuknya kau jadikan Hafalan Surat mu sebagai mahar, yang juga kelak akan kamu nyayi kan “You Are the One - Raef”, yang dengannya dosa-dosa mu digugurkan, yang dengannya rumah impian mu tidak hanya terwujud di dunia tapi juga di Jannah. Semoga dia bukan orang yang akan membuatmu kecewa, ku harap dia bukan orang yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar