Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, meski ku tahu kamu selalu ada membersamai rasa lelah ku, tapi ku rasa aku mungkin akan sampai di penghujung rasa lelahku suatu hari nanti. Setiap kali kecewa atas tingkah dan tutur mu, aku bicara sendiri pada hati “wahai hati, itu pria yang kamu kagumi itu, dia orang yang kamu yakini akan membahagiakan mu dengan segala yang dia mampu, dia orang yang kamu harapkan untuk masa depanmu, masihkah??”, meski tanpa jawaban lalu memaafkan mu, bukan karena aku merasa aku cukup kuat untuk memaafkan mu tapi karena aku yakin rasa suka ku ke kamu lebih besar dari rasa kecewa ku.
Hari
berikutnya dengan kisah manis dan liku indah mengenai kita, aku yakini aku lupa
hari kemarin. Aku kemudian bertanya sendiri pada hati “wahai hati, yakinkah
pada dia yang sehari-hari menguji kecintaanmu terhadapnya? Yakinkah dia tak
memiliki sela lain dalam hatinya untuk orang lain? Yakinkah di hatimu masih ada
dia? Masihkah??”.
Hari
berikutnya, aku mengaku merindukan mu, tapi tak ku dengar jawab mu, lalu aku
kecewa lagi. Untuk alasan bodoh seperti itu, aku bertanya lagi pada hati “wahai
hati, kamu merindunya tapi hanya karena dia tak menjawab kamu terluka? Lalu
masihkah kamu yakin kamu mencintanya? Jika IYA, seharusnya kamu memikirkan
segala macam hal baik yang mungkin jadi alasannya, kecuali sekarang kamu mengakui
kamu tak lagi mencintanya”.
Kecewa
ku tak lagi jadi alasan panjang untuk melangkah mundur dari kisah manis kita,
atau alasan tak lagi mencinta mu bukanlah alasan yang benar. Wahai orang yang
aku panggil “kamu” Coba lah bertanya pada hatimu sendiri “Masihkah aku jadi
pilihan? Masihkah aku menjadi yang di perjuangkan? Masihkah aku pantas untuk
jadi pilihan dan diperjuangkan? Cukup yakinkah kamu, aku akan jadi orang yang
kelak jadi ibu dari keturunanmu? Cukup yakinkah kamu, aku akan jadi anak
berbakti untuk orang tuamu? Cukup yakinkah kamu, kamu bahagia karena aku?”,
jawabannya hanya kamu seorang yang tahu, aku tak tahu, mereka tak tahu. Tapi
yakini dalam hatimu, KAMU MASIH JADI PILIHAN ISTIMEWA yang aku semogakan.
Untuk
kesekian kalinya aku bicara mengenai perasaanku, yang aku rasa benar, tapi tak
HALAL untuk aku umbar. Aku mundur, dan meminta mu untuk mundur bukan karena karena
tak lagi menyemogakanmu dalam do’aku, masih. Tapi perjalanan kita menuju SURGA
terlalu panjang dan indah jika harus disertai alasan tak halal yang mungkin
bisa jadi penghalang surga kita.
Lalu
jika suatu hari nanti kamu datang dengan alasan dan waktu yang tepat untuk
menghalalkan perasaan kita dihadapan RABB kita, aku akan punya jawaban seperti
ini saat kamu bertanya pada ku,
Masihkah??
Masih. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar