Part 1
Mata Atoen tidak bisa beralih dari satu titik itu. Lantas bintang kejoranya mulai diliputi kabut tipis. Bibirnya yang merah basah dikatup erat-erat namun tetap saja beberapa detik kemudian suaranya lirih memanggil, “Bisma...”
Jangan harap Bisma akan berpaling, karena panggilan Atoen haya serupa bisikan yang hilang diterbangkan angin. Jangan pula menginkan Bisma untuk tiba-tiba melambaikan tangannya, sebab saat itu Bisma sedang bercengkrama dengan Rena salah seorang teman mereka juga.
Atoen layak bersedih, soalnya selama hampir sebulan ini ia amat dekat dengan Bisma. Hatinya berbunga ketika Bisma menyatakan isi hatinya. Walaupun kedekatan mereka sebatas surat-suratan yang rapi disimpan dalam loker atau duduk dua-duaan di kantin sekolah sambil makan Pecel Lele dan minum tes manis, Atoen amat bahagia menjalaninya.
“Jadi kapan dong aku boleh apel ke rumahmu?” tanya Bisma sambil mengaduk-aduk isi Es Campurnya jumat kemaren.
“Please deh, Bis. Orangtuaku galak bangat, mereka tidak suka melihatku pacaran”. Elak Atoen rada kagok.
“Tapikan sudah lewat tujuh belas, Tun. Lulusan nati kita sudah bergelar mahasisiwa. Masa sih orangtua mu sedemikian kolotnya mengekangmu untuk berpacran”.
Atoen mengusap pipinya perlahan. Ia tahu sikap Bisma yang bila menginginkan sesuatu akan berusaha untuk meraihnya sampai dapat. “Mungkin beberapa bulan lagi deh, Bis. Ya!”
“Maksud kamu setelah kita lulus begitu?”
“Mungkin”
“Tun, aku bosan pacaran surat-suratan doang atau mojok di kantin seperti ini. Sekali-sekali aku ingin menjemputmu ke rumah , lalu mengajakmu nonton atau ke mall dengan sepengetahuan mami-papi mu”.
“Seandainya kamu tahu, aku juga kepingin dua-duaan dengan kamu di bioskop sambil berpelukan atau makan sate ayam bareng pasangan yang lain di malam minggu. Tapi Mami dan Papi, pastilah...”
“justru itu, Tun. Lebih baik aku berkunjung untuk melihat reaksi mereka. Aku tidak mau backstreet terus-terusan. Dosa!”
Atoen tetap minta waktu sampai mereka pulang sekolah di sabtu siang. Bisma pun mengiyakan sambil lau dan pergi dengan motornya. Maklum, Atoen tidak ingin sopir yang mengantar jemputnya melihat Bisma tengah berdua-duaan dengannya.
Dan betapa kagetnya Atoen ketika sedang asyiknya bermain piano di ruang tengah, Bisma muncul diantar oleh seorang pembantu dengan penampilan necis ala korea. Pacarnya itu terlihat amat ganteng dalam pandangannya.
“Selamat malam, Om, Tante” sapa Bisma ketika melihat kedua orang tua Atoen.
Mami dan Papi yang sedang menoton disudut ruang keluarga pun langsung melongko. Atoen bisa menyimpulkan, kedua orang tuanya pasti bertampang masam ketika menjabat tangan Bisma. Hal itu membuat Atoen gelisah sepanjang obrolan mereka di teras depan. Apalagi Naysa, adiknya bolak-balik menyibakkan tirai jendela.
“Bis, kamu pasti tersinggung ya?” tanya Atoen.
“Iya sih, orangtua mu langsung antipati kayaknya. Tapi tak apa, justru aku jadi bisa lebih tahu keadaan di rumahmu sekarang, kan? Sudah malam nih, aku mau pamit saja. Apa aku prlu pamit sama mereka?”
Mami dan Papi menolak keluar sehingga lagi-lagi Atoen hanya bisa minta maaf pada Bisma. Pasti Bisma kecewa, hanya saja ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ciuman Bisma di keningnya membuat Atoen semakin merasa bersalah.
=====è Buat yNiaKIZ READer ntar ceritanya q lanjutin, tapi comment dulu yaaaaahhh.................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar