Jumat, 14 Januari 2011

PENANTIAN TAK BERUJUNG

JILID 1
“Gerimis pagi menyambut hari dimana dia yang ku kenal sejak belasan tahun lalu mendamparkan usianya yang ke 16 tahun”. Begitulah ucap Neza dalam hati mengawali ceritanya.
Saat mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya, Neza bangun menuju dapur mengambil dua sendok makan nasi beserta telur dadar yang tersimpan di rak dapurnya. Sambil membaca niat dia berharap semoga puasanya dapat diterima TUHAN dan do’a-do’anya hari ini untuk Kevin dikabulkan. (Kevin itu adalah nama anak cowok yang menjadi pemeran utama dalam cerita ini)
Beberapa saat berlalu, setelah salam terakhirnya, Neza membuka mukenahnya yang kemudian dia tata di samping buku mata pelajaran yang telah disiapkannya sejak semalam. Lalu dia meraih HP merahnya yang berlatarkan wajah Kevin dan berniat untuk menelepon Kevin subuh itu.
“Ass…kenapa?” begitulah ucap Kevin saat telepon Neza telah tersambung.
“Happy Birthday Vin, gimana? senang dong sekarang usianya udah bertambah”. Ucap Neza menanggapi salam sayup Kevin, yang sepertinya baru bangun tidur kala itu.
“Huuuuuuuuuuuuuuh…..”
Neza mendengar desahan panjang laki-laki yang begitu di sayanginya itu lewat speaker HPnya.
“Kenapa bukankah hari ini seharusnya kamu senang dan semangat, sebab sekarang kamu udah tambah dewasa?” Tanyanya kemudian.
“Sejak 1994 dan sekarang 2010 berapa usia ku?” Tanya Kevin tanpa mempedulikan pertanyaan Neza dengan suara yang sepertinya tertahan oleh tangisan.
“kamu sekarang udah 16 tahun tahu” jawab Neza.
“Usia ku berkurang Nez, bagaimana mungkin aku bias bahagia sekarang” desah Kevin sambil menghela napas panjang dengan suara yang sedikit bergetar seperti orang yang sedang menangis.
Ketika Neza mendengar ucapan itu keluar dari bibir yang tak pernah dia lihat tanpa senyum, tanpa sadar tetes air mata telah membasahi kedua pipinya. Telah tak sanggup menahan tangisnya yang tak disadari oleh Kevin, Neza mengalihkan pembicaraan.
“Kevin udah sholat?” Tanya Neza.
“Belum, tadinya mau sholat. Tapi karna kamu nelpon jadinya…..“ celetuk Kevin yang terpotong perkataanya oleh Neza.
“Oh ya udah, Kevin sholat dulu. See you, and I miss you Vin” kata Neza.
“Miss you too so much, nice morning friend. Ass….” balas Kevin.
“Waalaikumsalam” Neza. Pembicaraan subuh itupun terhenti.
Mencoba tegar dari keluh kesah Kevin yang didengarnya subuh itu, Neza beranjak ke kamar mandi dan bersiap menuju ke sekolah. Sabtu itu, tepat minggu kedua bulan 11 menjelang akhir tahun, Neza berusaha siap dengan binar mata yang senang menuju Sekolah Menengah Atas Negeri yang telah memisahkannya dengan Kevin. (maksudnya sekarang Neza dan Kevin beda sekolah, sebab Kevin sekarang sekolahnya di Madrasah Alyiah) . Meski pagi itu benar-benar berat, dan pikiran Neza selalu tertuju pada Kevin. Bagaimana tidak, sahabat yang begitu disayanginya itu malah bersedih menerima ucapan selamat ulang tahun darinya. Sepanjang hari itu, Neza tak sedikitpun siap menerima pelajaran, karena sesekali dia terdiam dan menangis ketika dia ingat perkataan sahabatnya tadi subuh. Seakan ingin rasanya dia berteriak dan menjerit, sambil berkata
“Semangatlah Vin, senyumlah seperti biasanya. Sebab dalam kurang dan lebihmu aku akan selalu ada, meski kamu tak pernah meminta itu”.
Siang beranjak, Neza kembali ke rumahnya. Selepas membersihkan diri dan sholat Dzuhur, matanya rasanya telah lelah karena hampir sepanjang hari menangis. Beberapa saat berbaring diapun terlelap. Bahkan dalam mimpi siang itupun dia tak henti-hentinya membayangkan bagaimana raut wajah Kevin ketika ucapan tadi subuh keluar dari bibirnya, sebab sepanjang mengenal Kevin sejak belasan tahun lalu sekalipun Neza tak pernah melihat bagaimana raut sedih dari wajah anak laki-laki yang sekarang sudah berumur 16 tahun itu. Terbangun dari mimpi itu, Neza tersadar. Berpikir tentang berbagai macam kado dan surprise yang Kevin terima di sekolahnya, yang memang di sana teman-temannya sepadan dengannya, kaya dan ber’uang. Tidak seperti Neza yang hanya bisa beribadah untuknya. (daripada tak melakukan apapun, menurutku itu telah cukup kok Nez, jadi ndak usah kecil hati begitu. Smilling,,,,,)
Sore terpendam, angin sepoi malam mulai berhembus. Senandung adzan berkumandang disemua masjid seakan memecah sunyi kala itu, mengiringi Neza berbuka meski hanya dengan air putih dan sepotong semangka. Bersyukur telah selesai melaksanakan puasa, Neza beranjak menuju kamarnya untuk menunaikan sholat maghrib. Tapi entah karena apa dan kenapa, sore itu sholat Neza terasa benar-benar tak tak khusyu’, pikirannya terus berangan , “Apakah Kevin baik-baik saja?, Apakah syamku diterima Tuhan?, Apakah semua do’a-do’aku dikabulkan? Dan apa Tuhan mendengarku?”
Sampai sholatnya selesaipun, pikiran itu terus ada. Semua bercampur aduk, pikiran Neza tak karuan tentang ucapan Kevin, syamnya, tugas-tugasnya untuk hari senin lusa, juga copyan tugasnya yang belum dia ambil dari teman sekelasnya. Sesaat setelah 1/4 malam menjelang kira-kira pukul 08.20, Neza berniat pergi ke rumah temannya untuk mengambil copyan di rumah temannya. Akan tetapi jarak rumahnya dengan rumah sang teman cukup jauh sebab terpisah 1 desa. Berharap Kevin mau membantunya malam itu, Neza kemudian mengirim pesan singkat kepada Sang Sahabat yang berisikan keinginannya agar Kevin mau menemaninya ke rumah temannya. Tapi begitu terbelangaknya si Neza ketika mendapat balasan pesan yang tak sesuai dengan keinginannya. Orang yang dianggapnya lebih berharga dari apapun bahkan dirinya itu menjawab demikian sinisnya, saat dia meminta tolong. Padahal Neza selalu membantunya tanpa pamrih meskipun dia dalam keadaan sakit, dia tak pernah menolak untuk membantu Kevin.
“Permintaanmu sangat Immposible, bisa ndak sih kamu mintanya ndak bikin aku pusing buat ngerjainnya” begitulah jawab Kevin.
“Andai saja tak pernah hatiku berpihak padanya, mungkin aku akan lebih memilih untuk tidak mengenalnya dibanding harus diabaikan bagai sesuatu yang tak pernah berarti seperti ini” sesal Neza dalam hati, dengan mata yang terus berkaca-kaca.
“Jika permintaanku terlalu immposible, maaf. Terima kasih udah balas smsku, dan maaf sudah membuat mu repot” Neza membalas sms Kevin.
“Ya..” jawab Kevin tanpa mempedulikan kata-kata Neza. (dan itu menjadi sms dan pesan terakhir antara mereka sampai berminggu-minggu. Itu cowok kenapa ya, tadi subuh persaan baik-baik aza kok sekarang tiba-tiba sinis githu seh. Kasian tau Nezanya)
Hari demi hari berlalu, meski Neza dan Kevin bertempat tinggal di desa yang sama dan hanya terpisah 1 blok, setelah hari itu mereka tak pernah bertemu, berpapasan di jalanpun tak pernah. Dan itu seakan membuat perasaan rindu Neza pada Kevin begitu mendera. Sesekali Neza berpikir akankah Kevin juga merindukannya. Perasaan itu selalu terlintas, setiap kali dia teringat selama 1 tahun TK bersama dengan Kevin, 6 tahun Sekolah Dasar bersama, juga 3 tahun SMP. Hari-hari dalam tahun-tahun itu hampir penuh dengan kenangannya bersama Kevin. Bagaimana tidak, dalam tahun-tahun itu setiap harinya hampir 14 jam mereka habiskan waktu bersama, di sekolah, mengerjakan tugas di rumah, atau bahkan hanya bermain atau bersenda gurau saja.
“Terpikirkah oleh hati yang baru belajar tentang cinta sepertiku adalah bodoh, mencintai seseorang yang tak mau tahu perasaanku , dan berharap dia mau membalasnya”. Sesal Neza dalam hati, setiap kali dia menyadari kesalahan terbodohnya itu. (menurutku, itu bukan kesalahan mu semata Nez, coba deh kamu sadar sejak kapan dia mulai berarti dari apapun untuk mu, mungkin saja kamu akan sadar kenapa perasaan itu bisa ada di hati mu sekarang. Tapi sejalan dengan waktu aku yakin, suatu saat hati mu akan berlabuh, meskipun bukan di dermaganya si Kevin seperti yang begitu kamu inginin sekarang)
“Q tak tahu sejak kapan dia mulai berarti bagiku. Aku tak tahu atau aku lupa, entahlah. Tapi perasaan itu, aku akui jauh sebelum aku mengenal Efan dan Azul, yang teman-temanku termasuk kamu menganggap ku mencintai mereka” desah Neza dalam kesendiriannya sambil memandangi fotonya dengan Kevin. (sebenarnya sih READer, Efan dan Azul itu memang pernah bikin Neza kesemsem waktu SMP tapi yaah, Cuma sesaat. Katanya sih karena Kevin adalah yang pertama dan terakhir. Aduuuuh so sweat… Jangan marah ya Nez, ku bongkar rahasianya)
Udah dulu ya yNiaKIZ READer, aku nulisnya baru segini. Kalau kalian suka, comment yah, dan sabar nungguin JILID 2nya. Aku akan usahain biar makin seru dan nggak ngebosanin ceritanya. See you……………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar