Nia tersenyum tipis saat Dzul mengerlingkan mata ke arahnya. Rambutnya terlihat tertata rapi, nggak acak-acakkan seperti biasanya.
“Eh, Dzul! Rambut kamu bagus deh, tumben mau tidur, biasanya jabrik melulu mirip landak!”goda Nia. Dzul merapikan rambutnya dengan jari-jari tangannya, gayanya dibuat semodis mungkin.
“Dasar kampungan, tetap saja kampungan,”batin Nia. Dia jadi geli sendiri melihat tingkah sahabatnya yang memang rada-rada miring itu. (he…he…, si Nia sembarangan aja ngatain
orang)
“Kamu nggak tahu nih? Ini kan gara-gara sampo faforitku. Sampo yang akan menerbangkanku bersama gadis impianku,”Dzul merentangkan kedua tangannya layaknya burung yang sedang mengepakkan sayapnya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam. Seakan sedang melayang di udara. Nia jadi gemes sendiri melihat tingkah Dzul, dijentiknya jakun di leher Dzul.
“Aduh!” Dzul tersentak. Spontan dia memegangi lehernya dengan wajah meringis. (untung saja giginya putih dan tertata rapi. Kalau nggak? Bisa gawat, kan?)
“Kamu apa-apaan sih? Norak deh!” sungut Dzul kesal sambil meringis menahan sakit yang tak seberapa itu. Nia pun berkacak pinggang.
“Yang norak itu kamu, tahu nggak sih? Pakai adegan terbang segala, kamu ngikutin gaya Leo Di Caprio saat bersama Kate Winslet di kapal Titanic, kan? Sok jadi actor kamu!” Nia nyerocos. Dzul tersenyum malu. (he…he…., ternyata Nia tahu adegan yang diperagakannya tadi nyontek gaya Leo Dicaprio. Iiihh, tengsin deh, malu-maluin!)
”Kamu masih ngirim bungkus sampo itu, Dzul?”tanya Nia lebih lanjut.
“Ya iyalah, kemarin aku minta ke tetangga dapat dua puluh bungkus, jadi sekarang yang sudah aku kirim totalnya ada 30 amplop. Gimana? Oke, kan? Kesempatan untuk menang pasti dong, lebih dari 75%,” ujar Dzul penuh percaya diri, Nia mencibir.
“Jangan terlalu mengharap deh dengan undian seperti itu. Nanti kamu ketipu baru rasain, lagi pula punya mimpi itu jangan terlalu tinggi.”
“Oh…. Jangan begitu, Nia. Kita ini orang miskin, boleh dong berharap dapat rejeki nomplok. Kali ini beneran kok, produk ini udah te-o-pe habis. Kamu tahu? Finalisnya cantik-cantik. Andai aku menang dan salah satu dari pemenangnya mau menjadi kekasihku, alangkah bahagianya diriku ini,” Dzul kembali mengkhayal. Nia menjitak kepala Dzul dengan keras, tambah sebel ngelihat kelakuan cowok jelek itu. Dzul kembali meringis kesakitan.
“Heh, bangun dong, jangan mimpi terus! Kamu selalu saja berandai-andai dapat undian, kalau mau ngalamin susah dulu. Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu baru mati kemudian!” celoteh Nia sok berfilsafat, bikin Dzul bete.
“Aku juga sudah susah-susah cari bungkus sampo!”Dzul berusaha mencoba membela diri. Nia mengendus kesal, dasar ngomong sama tukang khayal, mana bisa menang?
Dzul memang tergila-gila setiap ada pengumuman undian berhadiah yang di iklankan di televisi maupun media cetak. Setiap ada undian pasti deh dia selalu ngikut, tapi nggak pernah menang sekali pun. Sebenarnya Nia kasihan sama sahabatnya itu. Dzul bagai pungguk yang selalu merindukan bulan. Padahal bulannya nggak pernah mau muncul walaupun sebentar, sekedar mengintip pun tidak pernah. Dzul bilang, saat awan jatuh pasti bulan akan muncul. (gila nih si Dzul! Kalau awan sampai jatuh, apa dong jadinya dunia ini? sembarangan aja tuh anak kalau ngomong)
Dzul memang selalu bersemangat dalam mengirimkan bungkus-bungkus sampo itu. Di samping beli sendiri, dia rela untuk minta ke tetangga. Bahkan kalau perlu cari di tempat sampah. Katanya, siapa tahu nemuin bungkus sampo di tempat sampah malah membawa berkah. Memang ada-ada saja. Saat Nia menasehati Dzul menghentikan khayalannya menang undian, dia malah bilang, ya namanya orang miskin, kalau sudah punya uang, buat apa juga kirim undian…(gila banget nggak sih??)
Sore itu di serambi rumah Nia. “Dzul, ngomong-ngomong kapan nih pengumuman pemenang undian yang kamu ikuti itu?” tanya Nia ingin tahu.
“Aku baca di surat kabar, kalau nggak salah dua minggu lagi,” jawab Dzul spontan.
“Kok kalau nggak salah sih, yang pasti dong!” protes Nia dongkol. Dzul terbahak.
Nia menepuk jidatnya sendiri karena Dzul berhasil mengerjainya.
“Berarti seminggu lagi dong!” celetuk Nia antusias. Dzul tersenyum disertai anggukan mantap. Nia menjadi jengah ketika Dzul menatapnya tanpa berkedip.
“Kenapa sih kamu, Dzul? Jangan macam-macam ya? Awas kamu!” sentak Nia. Tapi saat Dzul terus memandangnya, Nia jadi grogi sendiri. Dzul yang melihat tingkah Nia itu jadi tersenyum tipis, sejenak kemudian ia mengalihkan pandangannya dari Nia dan ganti menatap bulan yang menggapai manis di antara awan. Nia tersenyum.
“Hei, siapa gadis itu?” Tanya Nia tiba-tiba. Dzul menoleh.
“Gadis yang mana?”Dzul menengok ke kanan dan ke kiri.
“Gadis yang wajahnya ingin kau lihat di balik bulan di atas sana!”tunjuk Nia ke arah langit yang malam itu penuh bintang. Nia masih ingat, Dzul pernah bicara padanya, bila ia jatuh cinta ia akan menatap bulan dan mencoba mencari wajah gadis yang dicintainya itu di balik bayangan bulan. Dan lima menit lalu, Nia melihat Dzul sedang memandang bulan.
“Kamu ingin aku berkata jujur atau bohong?”tawar Dzul. Nia tergelak.
“Yang bohong aja deh!” jawab Nia cepat. Dzul tersenyum tipis, dipandangnya Nia tanpa berkedip.
“Ternyata mata Nia terlihat bagus banget,” puji Dzul dalam hati.
“Kamu ingin aku berkata bohong kan? Aku membencimu, Nia,” ucap Dzul mantap. Mata Nia membeliak. (benci? Itu berarti…………)
“Kamulah gadis itu, Nia, gadis yang wajahnya ingin ku lihat dibalik bulan itu.” Nia jadi grogi sendiri. Tapi ada debaran yang aneh di hatinya, debaran yang selama ini dia sembunyikan jika bersama Dzul. Terus terang saja sebenarnya ia juga ada hati sama Dzul. Memang sih Dzul itu agak sedikit error, tapi itu tak membuat Nia mengalihkan rasa sayangnya pada cowok itu.
“Nia….”Dzul ragu-ragu meneruskan kalimat yang akan dia ucapkan.
“Kamu ingin aku menjawab jujur atau bohong?” potong Nia sebelum Dzul membuka mulut, membuat Dzul tertawa kecil.
“Bohong aja deh”
“Aku juga sangat membencimu, Dzul,” jawab Nia cepat. Dzul spontan berteriak.
“Yess!” Nia tertawa melihat tingkah Dzul.
“Nia, kalau aku dapat undian nanti, pasti kamulah orang yang akan menemaniku terbang ke Bangkok. Aku nggak mau lagi cari kekasih para finalis itu, aku Cuma ingin kamu yang ada di sisiku!” jelas Dzul. (Wuiiiih, romantis sekaleeeeee…)
******************************************************
Satu minggu kemudian kejutan benar-benar datang. Dzul memenangkan hadiah utama terbang ke Bangkok, dia mendapatkan tiket pulang-pergi Malang-Bangkok sekaligus uang saku dan akomodasi. Dan Dzul memenuhi janjinya untuk mengajak Nia dalam penerbangan pertamanya. Untuk pertamanya ia naik pesawat sekaligus pertama kalinya ia akan menginjakkan kakinya di negeri orang. Perasaannya terasa berbunga-bunga, hatinya telah berubah menjadi taman bunga yang penuh dengan warna. Seorang pramugari cantik member petunjuk untuk menggunakan sabuk pengaman, karena pesawat akan siap lepas landas. Dengan perasaan gembira Dzul menggenggam tangan Nia, yang duduk di sebelahnya.
“Nia, aku senang banget bisa terbang sama kamu!” ucap Dzul dengan nada gembira. Nia hanya menyunggingkan senyumnya yang termanis yang pernah Dzul lihat. Sudah 17 tahun mereka hidup bertetangga, besar bersama, sekolah di tempat yang sama dan bersahabat. Kini mereka akan terbang bersama sebagai sepasang kekasih. Dunia seakan milik mereka berdua.
Beberapa saat kemudian pesawat tinggal landas. Namun setengah jam kemudian, entah apa yang terjadi tiba-tiba saja sayap di sisi kanan pesawat mengeluarkan semburan api dan pesawat pun terasa bergetar. Orang-orang yang berada di dalam pesawat mulai panic mereka berteriak, begitu juga dengan Nia. Dzul menggenggam jemari Nia erat seakan tidak mau ia lepaskan. Apa yang akan terjadi, mereka tidak akan pernah tahu. Pramugari mulai mengingatkan penumpang untuk memasang pelampung, karena pesawat akan mendarat di laut. Pesawat semakin bergetar dengan hebat.
“Dzulfadhli, aku mencintaimu!”
“Kania, gadisku!”
Dan sesaat kemudian……….
Brakkk!!! Dzulkifli mengusap kepalanya yang terasa sakit. Saat ia membuka mata, apa yang dilihatnya membuatnya terbelalak. Ternyata….sialan! Cuma mimpi. Posisinya saat ini berada di bawah tempat tidur. Oh, ternyata dia baru saja terbang tanpa sayap. Oh Junia ku, kapan kamu akan menjadi gadis ku? Kapan kita akan terbang ke Bangkok?
(Dikutip dari cerita NOVIANTI dan NINGRUM)
wuiiiiihhhhh kerrrreeeeennnnn,,,, ceritanya baguse... Kembangkan lagi. Okey....
BalasHapuswaduuuh.........!!!!!! ceritamu buagus bangat saatku baca ceritamu dengan serius kutak menyangka di akhir ceritamu aku terkaget sekali ceimmmmmmmmmmmmm.....??????????!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusn ternyata itu hanya mimpi haaaaaaaaahaaahaaaaa.............. lucu.........